Savana Incorporation |
"Langsung naek nih?" Kataku kepada Nawwar.
"Sok!
Jeung si Agus berdua di belakang" jawab Nawwar.
"Siaaaapp" aku pun langsung naik kebelakang Bak mobil terbuka
bersama barang-barang keperluan camping.
Pagi itu
tanggal 29 Oktober, tepatnya hari Sabtu keluarga Savana mengadakan Family
Gathering. Famgeth (Family Gathering) tersebut dilaksanakan di Gunung Puntang.
Seluruh keluarga Savana akan hadir disana. Kecuali mungkin yang ada halangan
tidak bisa hadir kesana.
Keberangkatan dibagi kepada tiga kloter atau lebih, kloter pertama ada
Aku, Agus Mulyadi, Furqan, Nawwar dan Tamimi. Kami berangkat kloter pertama pagi
hari karena kami mempawa peralatan dan barang-barang keperluan camping.
Aku dan
Agus Mulyadi atau biasa di panggil Amul (Agus Mulyadi) duduk dibelakang bersama
barang. Sedangkan Nawwar, Furqan didepan dan Tamimi menjadi Supirnya. Perjalanan
kami pada saat itu terkendala karena masalah banjir di dayeuh kolot. Jadi kami
memutuskan mencari jalan lain ke arah Kopo.
Belum
lama diperjalanan, disaat aku menikmati semilir angin sepoi-sepoi ada dua anak
sekolah yang ingin menumpang. Kami pun mempersilahkan. Perjalanan pun
dilanjutkan. Saat itu masih sekitar pukul sepuluh pagi, matahari terasa terik
sekali, langit kelihatan cerah, cuaca lumayan terasa panas.
"Nuhun aaa..." Teriak dua anak sekolah tadi sesaat mereka
turun.
"Sami - sami kade dijalan" kataku.
Perjalanan pun dilanjut. Kondisi jalan raya
Kopo sayati lumayan macet, ditengah panas teriknya matahari aku mensiasatinya
dengan menutup kepalaku dengan Jaket. Amul pun sama menutup kepalanya dengan
Sorban yang ia bawa membentuk seperti Ninja atau bisa dibilang seperti
mujahid-mujahid di Timur sana.
Diperjalanan kita juga sambil mencari
penjual Gas, beberapa kali kita berhenti ke sebuah warung hingga ke Pom Bensin.
Tapi hasilnya nihil. Tak satupun yang menjual Gas, walaupun ada yang menjual
Gas tapi stoknya sedang kosong. Kami pun melanjutkan perjalanan. Di daerah
Banjaran arah ke Pangalengan akhirnya kita menemukan penjual Gas, walaupun
harganya sangat mahal diatas harga resmi. Tapi tak apalah dari pada tak ada
sama sekali.
Di Banjaran kondisi cuaca tiba-tiba
mendung, tapi kami positiv tidak akan turun hujan. Perjalanan terus
dilanjutkan. Tak berapa lama kami pun menyisikan mobil kembali. Kali ini untuk
mengisi Galon air yang kami bawa. Setelah membeli air isi ulang tiba-tiba hujan
turun. Kami pun panik.
Tamimi dan Nawawr lalu bergegas memasang
terpal yang tak lain adalah bekas Spanduk dikampus. Aku dan Agus Mulayadi pun
masuk kedalam Terpal. Bisa dibilang keadaan kami berdua (Aku dan Amul) seperti
domba Garut yang sedang diangkut oleh mobil. Ditambah angin dari depan membawa
air masuk kedalam terpal. Aku dan Amul pun basah terkena air. Aku inisiatif
untuk membuka baju agar tidak kebasahan. Aku pun hanya memakai celana pendek
dan kaos.
Tidak lama setelah itu mobil kembali
berhenti. Ada apalagi fikirku, apakah mobilnya mogok. Tiba-tiba Nawwar dan
Furqan turun, kemudian ada dua orang cewek masuk kedalam mobil menggantikan
Nawwar dan Furqan. Ternyata mereka berdua adalah Rachmi dan Mayang. Mereka juga
membawa seorang anak kecil yang tak lain adalah ponakannya.
Akhirnya mobilpun kembali melanjutkan
perjalanan, Nawwar dan Furqan lanjut menggunakan motor yang Rachmi dan Mayang
pakai. Jalanan menuju Puntang nanjak dan berkelok. Tapi sepertinya bisa diatasi
oleh Tamimi. Tamimi terlihat handal dalam menyupir, dia seperti supir Pantura.
Memang dia berasal dari sana, tepatnya Pamanukan Subang.
Akhirnya kami pun sampai di gunung Puntang,
ternyata disana sudah ada Agus Santoso dan Alif. Hujan pun sudah reda, kamipun
menurunkan barang-barang yang ada diatas mobil.
Setelah barang-barang sudah semua
diturunkan, saatnya buat kami memasang Tenda. Disinilah muncul masalah. Kita
kekurangan orang untuk memasang tenda. Waktu itu kami memakai tenda Pleton atau
tenda yang sering dipakai oleh TNI. Jumlah kami saat itu hanya sembilan orang.
Sedangkan setiap sisinya harus ditahan oleh satu orang. Ditambah waktu itu
tiang penyangga tenda ada yang patah. Tapi mudah disiasati oleh tamimi.
proses pendirian tenda |
Akhirnya kami bisa memulai proses pendirian
tenda. Kami dibantu oleh dua orang mahasiswa sastra Arab Universitas pendidikan
Indonesia yang kebetulan adalah temannya Rachmi dan mayang. Dengan semangat dan
kerja sama akhirnya tenda pun berdiri.
Setelah tenda berdiri kamipun memasukkan
barang-barang kedalam tenda yang sebelumnya sudah diamparkan beberapa spanduk
bekas sebagai alasnya. Aku dan Tamimi bertugas memasang Patok tenda, sedangkan
Rachmi dan mayang mempersiapkan dapur umum. Dan sisanya membuat parit
disekeliling tenda.
Menggali Parit |
Tak lama dari itu kloter kedua berdatangan.
Disana ada Sendi, Adrian dan yang lainnya. Adrian sempat bingung melihat Parit
yang dibuat mengelilingi tenda. Menurut dia parit yang dibuat salah dan tak ada
gunanya. Akhirnya parit pun dibuat ulang. Kali ini letak parit dipaskan dengan
arah jatuhnya air. Parit sendiri berfungsi sebagai jalur air agar tidak banjir
didalam tenda.
Singkatnya setelah kloter tiga datang, kami
pun makan bersama. Didalam tenda sudah mulai berkumpul semua keluarga Savana. Ada
yang meminum kopi, ada yang sedang menghirup tembakau, ada juga yang sedang
asyik ngobrol.
Tak terasa waktu magrib pun tiba, kami pun
melaksanakan sholat magrib berjamaah didalam tenda. Dilanjutkan dengan tadarus
Alqur'an yang dipimpin oleh saudara Alif dan diterjemahkan oleh saudari Ell.
Setelah itu dibahas makna kandungannya oleh Ustad. Rosihan.
Disaat santai, Zein mengajak aku berdiskusi
bersama beberapa yang lainnya. Diskusi bebas dan santai. Apapun boleh
diungkapkan disini. Tapi untuk curhat menurutku bukan waktu yang tepat.
Disaat kami sedang berdiskusi, saudara alif
pun mengintruksi bahwa materi pertama akan dimulai. Kamipun menyudahi dulu
diskusi. Dan langsung mengkondisikan tempat duduk membentuk lingkaran. Materi
pertama kita ngebahas kilas balik berdirinya Savana. Ada kang Hasan yang
menjelaskan latar belakang dan sebab berdirinya Savana. Kang Gilang juga
bercerita sedikit sebelum adanya Savana. Ditambah suasana haru ketika bung
Nawwar bercerita sambil mengeluarkan airmata. Disana kami benar-benar merasakan
perjuangan akan berdirinya Savana.
Setelah kilas balik Savana selesai, kemudian
dilanjut materi kedua yaitu Re-definisi Savana yang diisi oleh Ustad Rosihan.
Singkatnya setelah beres materi dua. Langsung masuk ke materi tiga yaitu
evaluasi materi satu dan dua. Disana Ustad Rosihan meminta kita mengeluarkan
kertas dan menuliskan kebaikan dan keburukan kita. Kemudia kertas yang berisi
kebaikan dibacakan secara acak oleh masing-masing peserta. Sedangkan kertas
yang berisi keburukan disimpan. Terus Ustad Rosihan meminta lagi selembar
kertas untuk diisi harapan dan apa yang akan kita perbuat untuk Savana kedepan,
setelah itu semuanya dikumpulkan.
Setelah semua Materi beres, tiba waktunya
acara api unggun. Aku dan Ale mempersiapkan kayu bakar yang kemudian disusun
menjadi api Unggun. Sedikit sulit memang untuk apinya menyala, tapi dengan
kesabaran akhirnya api unggun pun menyala. Semua peserta pun berkumpul
mengelilingi api unggun.
Kertas yang berisi keburukan pun kami bakar
bersama api unggun. Disana tersedia beberapa jagung yang kemudian kami buat
jagung bakar diatas api unggun. Tidak hanya jagung bakar, Rachmi dan mayang pun
sudah menyiapkan Cuankie hangat untuk kami.
bakar jagung |
Saat itu pukul setengah empat pagi, suasana
disana sangat dingin. Ada yang asik ngobrol dan beberapa sudah ada yang tidur.
Aku pun langsung mengambil posisi untuk tidur. Disini lucunya, kami saling
berhimpitan dan berdempet-dempetan agar tubuh terasa hangat saat tidur.
Tak berapa lama kami tidur tiba-tiba Zein
membangunkan kami untuk sholat Subuh.
"Banguunnn! Banguuun! Banguunn!"
Teriak Zein sambil memukulkan sarung.
Alhasil mereka pun langsung bangun, ada yang
setengah sadar, ada juga yang masih tetap tidur. Beberapa ada yang mulai
berjamaah sholat. Aku pun ikut sholat.
Setelah Sholat, karena aku masih ngantuk aku
melanjutkan tidur bersama beberapa orang juga yang masih ngantuk. Ada juga yang
langsung keluar tenda untuk ngobrol-ngobrol.
Sinar matahari mulai meninggi, dedaunan
mulai basah mengeluarkan embun. Hangat mentari mulai mencairkan suasana. Aku
pun bergegas untuk keluar tenda.
acara pagi |
Diluar tenda sudah banyak yang beraktifitas,
ada yang foto-foto ada yang jalan-jalan menyusuri gunung Puntang. Aku pun
bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka.
Bbrrr.. Sumpah airnya dingin banget, tapi
lumayan untuk menyegarkan wajah dan mengumpulkan seluruh nyawa yang masih tertinggal
didalam mimpi. Dari luar kamar mandi aku melihat yang lain sudah berkumpul
didepan tenda. Musik pun melantun dengan keras. Ustad Rosihan memimpin kegiatan
pagi itu.
Aku pun ikut bergabung bersama mereka. Lagu
dari Alan walker menjadi Soundtrack saat itu. Ustad Rosihan mengajak kita
teriak sekeras-kerasnya melepas penat yang ada.
"Aaaaaaaaa!!!"
"Iiiiiiiiii!!!!"
"Eeeeee!!!"
"Aaaaaaaaaaaaa!!!" Semua teriak
begitu lepas.
Akupun merasa semua beban yang ada dihidupku
lepas begitu saja. Kemudian lantunan musik kembali bersuara. Kali ini Ustad
Rosihan mengajak kami semua untuk bergoyang berjoged ria. Awalnya pada
jaim-jaiman, tapi lama kelamaan semua terbawa suasana. Ada tamimi dengan
goyangan yang entah apa namanya, Nawwar dengan goyangan yang begitu lepas. Asfi
dengan goyangan khasnya. Urat malu pun sepertinya sudah putus, kami semua
berjoget ria. Kecuali Amirul yang mungkin malu karena dibarisan sana ada si
kekasih hati.
Seru rasanya bisa melepaskan semua
kepenatan. Sehabis itu Rachmi dan mayang menyiapkan sarapan dengan menu Jagung
manis rebus tanpa susu. Kami pun sarapan bersama-sama.
Setelah sarapan kami melanjutkan acara
berikutnya. Sebenarnya acara pagi ini akan di isi materi oleh bu Lea, tapi
dikarenakan bu Lea tidak bisa hadir acara dilanjutkan dengan Savana membumi. Di
Savana membumi ini kami semua membacakan harapan-harapan yang telah kami tulis
semalam. Ada yang berharap bisa camping ceria seperti ini sebulan sekali, dan
masih banyak lagi.
Setelah Savana membumi acara dilanjutkan
dengan sharing tiap divisi-divisi Savana. Buat Anggota baru Savana (generasi
tiga) bebas memilih divisi mana yang menjadi minat masing-masing. Aku memilih
divisi Savana Film, bareng dengan Alif. Kemudian ada Savana picture yang
beranggotakan Zein, Ell, dan lain-lain. Trus ada juga Savana Design yang pada
saat itu tidak ada peminatnya. Ada juga Savana nulis yang banyak sekali
anggotanya.
Selain itu ada divisi Savana yang terbaru,
diantaranya bagian pengolah data dan survey yang dipegang oleh Zaim, Savana
Muhamad Lovers Movement yang dipegang oleh Asfi dan dengan satu folowersnya
Bahroh alias Adrian. Mereka semua dikasih waktu briefing dan sharing sekitar
sepuluh menit, kemudian mereka semua mempresentasikan hasilnya perdivisi.
Banyak program-program menarik yang akan
diwacanakan, semoga tidak hanya sekedar wacana. Tapi harus direalisasikan atau
lebih tepatnya Savana membumi.
Setelah itu kami pun foto bersama, disini
sangat terlihat kekeluargaannya. Kami semua seperti keluarga. Tidak ada senior
dan junior. Yang ada hanya keluarga yang sama-sama saling belajar.
Disaat kita mau siap-siap untuk pulang,
hujan turun dengan deras. Barang-barang yang sudah dikeluarkan kembali
dimasukan kedalam tenda. Alas tidur yang terbuat dari bekas spanduk sudah
terlanjur kotor terinjak-injak. Kecuali satu yang dipakai tidur oleh Zaim. Dia
terlihat nyenyak sekali. Nyaman dengan keadaan, padahal disekitarnya becek dan
kotor.
Yang lainnya ada yang sedang berteduh
dimasjid, ada yang didepan kamar mandi. Semuanya menunggu hujan reda.
Karna dirasa hujan tidak akan reda-reda.
Kamipun terpaksa membongkar tenda pada saat hujan masih turun. Sebelumnya para
akhwat diungsikan dulu ke warung terdekat bersama barang-barang. Laki-lakinya
hujan-hujanan merubuhkan tenda.
Setelah tenda rubuh, kami pun langsung
merapihkannya. Dan menaruhnya kembali ke mobil. Mobil yang dikendarai oleh
Tamimi pun langsung menuju warung mengambil barang-barang bawaan.
Kita semua pun sepakat turun gunung dalam
kondisi hujan. Karena sebelumnya kita semua sudah diinstruksikan untuk membawa
jas hujan. Mobil pun kembali ditutup dengan terpal. Aku dan Amul naik keatas
mobil. Percaya atau enggak baju yang aku kenakan ini sama sekali belum diganti.
Dari kering kemudian basah kehujanan kemudian kering lagi lalu basah lagi.
Dipintu gerbang Ale pun membereskan
administrasi. Disana ada kendala sedikit namun berhasil diselesaikan. Kami pun
melanjutkan perjalanan. Diatas mobil terbuka, aku dan Amul ngobrol mengenai
tulisan. Tapat sekali kita gabung bersama Savana. Karena bagi kita Savana
adalah wadah dalam berkarya.
Disaat yang lainnya langsung menuju Kampus,
aku dan rombongan yang ada di mobil menuju rumah Rachmi dan mayang. Disusul
oleh Nawwar dan Furqan menggunakan motor.
Dirumah mereka, kita menurunkan peralatan
masak yang memang pinjam dari mereka berdua. Disaat itu Nawwar dan Tamimi ingin
beristirahat. Aku, Furqan dan Amul pun ikut istirahat dirumah Rachmi. Aku
teringat masih ada beberapa mie instan dan baso di mobil. Akhirnya beberapa mie
Instan pun dimasak dirumah Rachmi dan mayang.
Setelah cukup beristirahat kami pun
melanjutkan perjalanan ke Soreang untuk mengembalikan tenda. Perjalanannya
lumayan cukup jauh. Kita masuk ke jalan yang sempit, yang hanya bisa dilewati
oleh satu mobil.
Bagiku medannya cukup sulit, lebar
jalannyapun sangat sempit. Untung kita punya supir handal asal Pantura.
Akhirnya mobil berhasil diparkir didepan rumah pemilik tenda. Kita pun langsung
menurunkan Tiang-tiang tenda. Tendanya tidak kita turunkan. Kita pun minta izin
membawa tendanya untuk dicuci terlebih dahulu sebelum dikembalikan.
Setelah ngobrol sebentar dengan pemilik
tenda kita pun berpamitan. Perjalanan langsung dilanjutkan menuju Kampus.
Dijalanan hatiku sangat was-was karena malamnya aku ada janji untuk menghadiri
acara. Adzan Maghrib pun berkumandang, pada saat itu posisi kita masih Taman
Kopo Indah. Sepertinya aku sudah pesimis tidak akan keburu.
Dijalan pun hujan masih setia menemani, baju
basahpun sudah tidak aku pikirkan. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah
sampai ke Kampus dengan tepat waktu. Akhirnya kita pun sampai di kampus. Aku
bergegas mandi, dan langsung menuju Braga saat itu juga. Walaupun pada akhirnya
aku telat juga.
Boleh jujur acara Family Gathering ini
sangat berkesan. Sekali lagi kita semua seperti keluarga. Kita semua saling
rangkul. Tidak ada rasa gengsi diantara kita. Semua bisa menerima kekurangan
masing-masing.
Aku bangga bisa bergabung bersama kalian.
Belajar dan berkembang bersama kalian. Menjadi Mahasiswa Produktif selangkah
lebih maju dari pada yang lain. Disini semua karya sangat di apresiasi. Disini
semua karya apapun itu sangat dihargai. Tidak ada yang sia-sia. Mungkin diluar
sana banyak yang memandang sebelah mata kepada kita. Tapi yakinlah mereka semua
hanya sirik kepada kita tanpa tau sebenarnya apa yang kita lakukan. Aku yakin
kita semua bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Dan semuanya akan
sadar apa yang telah kita lakukan selama ini. Bismillah..
SAVANA, JELAS TEGAS!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar