karna kebahagian itu diciptakan sendiri, yuk makan, jalan-jalan. gk perlu ribet. cuma bawa ransel. yang penting kuyy!!

Futari Nori No Jitensha

Part 2, jika kalian belum baca part sebelumnya, bisa di baca klik disini
 

***

Beberapa bulan kemudian.

            Kalo ada yang bilang laki-laki tidak bisa bangun pagi itu sangat salah. Buktinya pa haji Sobri masih bisa mengumandangkan adzan subuh di masjid. Pa Sofyan masih bisa belanja dini hari ke pasar untuk keperluan warungnya. Pa Gabriel tetangga depan rumahku yang punya anjing galak juga bisa berangkat ke kantornya ketika matahari belum nampak. Begitupun denganku.

 

            Matahari terlihat begitu malu-malu untuk menunjukan dirinya. Kubuka jendela kamar, terlihat pohon-pohon basah. Sepertinya tadi malam hujan. Ah aku suka sekali bau basah sehabis hujan di pagi hari.

 

            Aku bergegas mengambil handuk untuk segera mandi, karna jam tujuh pagi aku harus menjemput Naomi ke rumahnya. Karna kita satu kampus, jadi berangkat bersama dia menjadi rutinitasku kini. Dan untungnya rumah Naomi searah dengan kampus.

 

            Selesai mandi masih dengan handuk biru di kepala menutupi rambut basahku, aku menuju meja makan. Membuat sarapan seadanya. Cukup selembar roti tawar tanpa pinggiran ditambah satu sendok selai coklat dan tidak lupa menuangkan satu gelas susu kotak rasa coklat. Bagiku ini cukup untuk menambah energi sampai jam makan siang.

 

            Aku mengambil handphone yang sedang di charger dekat tempat tidur. Jam di layar handphone dengan gambar latar pemandangan sebuah desa di Switzerland menunjukan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Masih ada waktu untuk ke rumah Naomi.

 

            Setelah menyiapkan beberapa keperluan kuliah dan memasukannya ke dalam tas, aku pun bersiap berangkat dengan  terlebih dahulu memanaskan motor butut warisan dari pade ku. Ketika motor di panaskan, aku segera memakai sepatu converse classic warna hitam andalanku.

 

            “okeh sudah siap” kata ku dalam hati, sambil mengeluarkan handphone dari jaketku.

 

            “otw, awas aja kalo belum siap” aku mengirim whatsapp ke Naomi. Dan aku pun memacu motor menuju rumah Naomi.

 

            Jarak rumah ku ke rumah Naomi tidak begitu jauh, hanya melewati pos ronda belok kiri ke arah jalan masjid, lalu di perempatan ambil kanan, tepat di sebelah toko peralatan pancing di situlah rumah Naomi. Rumah berpagar warna abu yang di halamannya terdapat pohon mangga besar.

 

            Sesampainya disana, aku langsung membunyikan klakson motor ku dua kali tanda aku sudah sampai.

 

“tiin.. tinnn”

“iyaaa bentar, assalamualaikum kek” teriak Naomi dari dalam rumah.

 

Aku pun menunggu di depan pagar, ingin masuk ke dalam rumah sebenarnya. Tapi karna waktu yang sudah mepet, maka aku batalkan niatku. Toh didalam rumahnya tidak ada siapa-siapa selain pembantunya. Karna orangtua Naomi sudah berangkat kerja sejak pagi tadi.

 

Naomi tinggal bersama kedua orangtuanya dirumah, Ayahnya bekerja sebagai staf kantor dinas Pendidikan di kota ini. Sedangkan ibunya bekerja sebagai guru di Smp dekat rumahnya.

 

Naomi mempunyai satu orang adik perempuan kelas tiga SMP dan satu orang kaka laki-laki yang sebentar lagi lulus kuliah. Btw, aku dan kakanya Naomi bagaikan Tom and Jery yang tidak pernah akur. Pasti ada saja tingkahnya tiap kali bertemu denganku. Untung saja dia sedang tidak ada dirumah saat ini. Jadi tak perlu ada perang dunia ketiga kali ini.

 

“yuk dit berangkat!” Naomi datang menghampiri ku, sambil memberikan sekotak roti.

“okee siap, thanks ya” kataku sambil menstarter motor.        

 

Dia memang sering memberikan sekotak roti coklat kepadaku. Mungkin sebagai sogokan agar aku mau menjemput dia setiap saat. Padahal tadi aku sudah sarapan dirumah sebelum menjemputnya. Tapi tak apalah, lumayan buat nambah semangat di hari ini. Karna aku tau ini roti spesial buatan Naomi. Tidak ada yang lebih spesial dari makanan yang dibuat oleh orang yang kita sayang. Ya sayang, aku sayang dia.

 

Naomi memakai helm yang ia bawa sendiri, bersiap untuk duduk di jok belakang motorku. Naomi terlihat sangat cantik pagi ini, ia memakai sweater berwarna putih dengan gambar rilakkuma di depannya berpadu dengan celana blue jeans dan sepatu vans hitam dengan motif garis putih. Tak lupa totte bag bertuliskan nama boyband asal korea BTS.

 

Aku pun memacu motor menuju kampus. Lalu lintas sekitar cukup ramai. Jarak dari rumah Naomi ke kampus sekitar empat puluh lima menit. Melewati beberapa pabrik textile dan jalan nasional.

 

“cantik banget sih, mau kemana?” kataku menggodanya.

“mau ke pasar beli ayam” balasnya sambil menepuk kesal punggungku.

 

Kita pun tertawa. Tangan Naomi berpegangan sedikit melingkar pada saku jaketku. Motor pun melaju semakin kencang dan tiba-tiba tangan Naomi memeluk ku. Bagi Naomi mungkin ia hanya berusaha agar tidak jatuh ketika di bonceng oleh sahabatnya. Tapi bagiku ini beda. Ini pelukan kasih sayang. Harapku sambil tersenyum.

      

Obrolan – obrolan kecil mengisi perjalanan, dari obrolan tentang mata kuliah di kelas sampai obrolan makanan favorit dikantin. Sesekali Naomi bernyanyi di perjalanan. Ia melantunkan lagu dari jkt48 heavy rotation. Entah ini anak kesambet apa, tapi bawaannya selalu enerjik setiap hari.

 

“dit nanti di depan aja ya” pinta Naomi.

 

Kayanya sudah menjadi kebiasaan setiap dia berangkat bareng denganku, pasti minta turun di depan gerbang kampus. Padahal dari kampus ke dalam menuju Gedung fakultasnya kuliah cukup jauh. Tak apalah, mungkin dia malu terlihat oleh teman-temannya naik motor bututku. Atau memang dia tidak mau terlihat jalan bareng denganku, biar disangka jomblo dan dikejar-kejar oleh laki-laki di kampus ini. Aku bagaikan gajah di pelupuk mata yang tak terlihat.

 

Sesampainya di gerbang kampus yang di depannya ada patung kuda berdiri mengangkat kaki menghadap ke utara. Naomi pun turun sambil membawa helm yang ia bawa.

 

“dit makasih yah..” ucap Naomi.

“oke sama-sama, tiati banyak cowo jahat” kataku seraya menakut-nakuti.

“hhhmmm, iya, yaudah sana entar telat loe” Balas Naomi.

“iyaa, byeee” kata ku sambil menarik gas pergi meninggalkan Naomi.

 

Sejujurnya aku memang udah telat masuk kelas, mata kuliahku yang pertama berbeda jam dengan Naomi. Tapi Naomi tidak mengetahuinya, sengaja aku tidak bilang. Biar bisa berangkat bareng dengan dia. Soalnya kalo aku jujur, dia pasti menyuruhku berangkat duluan.

 

Aku juga pernah, ketika Naomi ngewhatsapp ingin berangkat bareng ke kampus, padahal aku sudah sampai di kampus lebih dulu. Aku pun berbohong kepadanya kalo aku masih di rumah, dan saat itu juga aku balik lagi ke rumah Naomi untuk menjemputnya. Kalo udah sayang mau gimana lagi.

Hubungan ku dengan Naomi masih baik-baik saja. Masih bisa ngobrol kesana kemari, main bareng, makan bareng. Akrab sekali tanpa sekat. Tapi ini hanya sekedar hubungan seorang sahabat bagi Naomi. Tapi bagiku, tidak ada persahabatan yang murni diantara laki-laki dan perempuan tanpa ada salah satunya yang jatuh cinta.

 

Ialah aku, aku yang kalah oleh persahabatan. Masuk ke dalam jurang sesat bernama cinta. Dengan di iringi rasa yang berbeda, yang bertambah setiap harinya, rasa yang semakin lama tidak bisa tertahankan namun masih bisa ku tahan. Terjebak di dalam lembah bernama persahabatan.

 

Gedung Fakultas ku dengan Naomi tak begitu jauh, kita masih bisa janjian makan siang bareng di kantin atau sekedar ngobrol sambil menunggu jam mata kuliah selanjutnya.

 

Makanan favoritku di kantin adalah mie ayam mang sidik, sedangkan favorit Naomi adalah siomay mang Aam dengan bumbu kacangnya yang berbeda dari yang lain. Memang siomay mang Aam itu enak, tapi bagiku mie ayam mang Sidik lebih menggoda.

 

Siang itu dikantin, kita janjian makan bareng. Kali ini Naomi tidak sendirian, melainkan ia mengajak teman kelasnya bernama Naura. Sebelumnya aku sudah kenal dengan Naura. Dia teman ku juga di salah satu unit kegiatan mahasiswa pecinta alam.

 

Naomi terlihat asik ngobrol sendiri dengan Naura. Keberadaanku disana seperti daun bawang diatas semangkuk mie ayam, Cuma jadi pelengkap saja. Yang dimana tidak ada aku pun sebagai daun bawang, mie ayam masih tetap dapat dinikmati.

 

“eh gue cabut dulu ya..” kata ku pamitan setelah di cuekin mereka berdua.

“mau kemana dit, sibuk amat” kata Naura.

“bentar lagi gue ada kelas, kalian sih enak udah beres” jawabku.

“eh dit entar balik bareng lagi ya” pinta Naomi.

“kabarin aja ya, gue abis kelas mau futsal dulu sama anak-anak” kataku seraya meninggalkan mereka asik berdua.

 

Aku dan Naomi memang jarang pulang bareng karna jam selesai kelas kita berbeda. Naomi lebih sering pulang duluan naik ojek online. Tapi kali ini Naomi ingin bareng denganku. Ku iyakan lah permintaan itu.

 

Tiba pulang kuliah, aku lanjut bermain futsal bersama teman-temanku tidak jauh dari kampus. Futsal menjadi olahraga rutinku bersama teman-teman seminggu sekali. Kita biasa booking lapangan futsal jam setengah lima sore. Dan berakhir pas waktunya shalat magrib tiba.

 

Sehabis bermain futsal, aku menuju kos-kosan temanku Agus untuk menumpang mandi dan sholat magrib. selesai mandi aku mengirim pesan whatsapp bersiap untuk menjemput Naomi.

 

“balik gk nih?” pesanku telah sampai ke Naomi ditandai dengan tanda ceklis dua berwarna putih.

“dit gpp kan nunggu sebentar, Nunggu Naura di jemput kakanya” balas Naomi.

“yaudah kalem, gue masih di kosan Agus” kataku.

 

Padahal saat itu aku sudah lelah sekali sehabis futsal. Bayangan dan jiwa ku sudah ada di rumah. Membayangkan betapa enaknya rebahan dan mejulurkan kaki di atas Kasur kamarku.  Tapi lagi-lagi ini demi Naomi. Aku juga tidak akan tega membiarkan dia pulang malam-malam sendirian ke rumahnya.

 

Jam menunjukan pukul delapan malam, ini sudah lewat dari jam pulangku biasanya. Aku masih setia menunggu Naomi di kosan Agus sampai ketiduran. Tiba-tiba suara agus membangunkan ku.

 

“dit dit, Naomi nelpon tuh” agus sembari memberikan Handphone kepadaku.

“Halooo” jawabku di telepon dengan suara masih ngantuk.

“dit jemput gue sekarang aja, bentar lagi Naura di jemput kakanya” Kata Naomi di balik telepon.  

“sip, loe dimana, gue kesana sekarang” kataku bertanya.

“di masjid deket gerbang ya dit, gue nunggu disini sama Naura” Naomi mmemberitahu posisinya.

 

Setelah menutup telepon dari Naomi, aku pun siap-siap kesana. Dan tidak lupa berpamitan dulu kepada Agus. Lalu langsung tancap gas menuju masjid kampus. 

 

Sesampainya aku di masjid kampus berbarengan dengan kakak laki-laki Naura yang juga datang menjemput. Mereka berdua berpamitan kepadaku dan juga Naomi. Setelah mereka berdua pergi aku pun dan Naomi pergi meninggalkan kampus.

 

Melihat jam yang belum terlalu malam. Di perjalanan pulang aku pun berniat mengajak Naomi makan malam.

“kita makan dulu yu laper nih” ajak ku.

“nanti aja deh dit kenyang nih” jawab Naomi malas.

 

Motorku terus melaju dengan lampu sorot kuning kedepan melanjutkan perjalanan, ketika di perjalanan aku melihat pecel ayam di pinggir jalan, aku pun kembali mengajak Naomi makan.

 

“eh liat tuh, ada pecel ayam, mampir yuk” ajak ku kembali.

“enggak deh dit, gk laper” jawab Naomi semakin malas.

 

Perjalanan kembali berlanjut, langit hitam menemani kita berdua dengan kerlap kerlip lampu jalan, dibawah  fenomena supermoon yang terlihat jelas. Naomi seraya menunjuk ke atas langit.

 

“dit liat deh bulannya jelas banget” kata Naomi kagum.

“ya jelas lah, kan lagi supermoon” katakku.

“indah ya dit..”

“iyaa keren banget” jawabku, dan ketika itu aku langsung memberhentikan motor lalu mengeluarkan kamera di tas ku. Dan langsung mengabadikan fenomena supermoon tersebut.

 

Setelah mendapatkan potret supermoon, aku pun melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan aku melewati kedai kopi kata. Dan lagi-lagi untuk terakhir kalinya sebelum sampai rumah Naomi aku pun mengajak ia makan.

 

“tuh kedai kopi kata, makan dulu yuk.. gue kangen indomie gorengnya nih” ajak ku kembali dengan penuh semangat.

“ngantuuk dit” jawab Naomi singkat.

 

Benar saja, ternyata Naomi benar-benar ngantuk. Di sisa perjalanan dia tertidur di jok belakang motorku, sambil menyenderkan kepalanya di bahuku. Dan tak lupa tangannya melingkar memeluk. Aku pun segera mengantarkannya pulang.

 

Mungkin bagi diri mu aku hanyalah teman yang pulangnya searah, yang keberadaannya tak pernah lebih dari sebatas teman. Tapi bagiku dirimu sangat berarti. Sama seperti lirik dalam lagu jkt48 futari nori no jitensha.

 

Duh Naomi, di malam yang dingin ini dan di bawah supermoon yang indah, harusnya kita menghabiskan waktu bersama. Mungkin hanya untuk sekedar minum coklat panas kesukaanmu sambil berbincang hangat di kedai kopi kata. Tapi kamu malah tidur.

Yasudah lah. Selamat tidur Naomi, mimpi indah.

Bersambung…

***

 

Terimasih sudah membaca, jika berkenan boleh share :)

kuy berteman, follow ya :

twitter @ApietHafizh

Instagram @Hafizhbankam

Youtube ApietHafizh

 

 

 

  

 

           

             

 

 

           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar